Jumat, 28 November 2008

Penyegaran mata






Bayangkan kalau kita lagi terjebak di kemacetan kota. Entah itu di kolong jembatan atau di samping tembok panjang. Terus di samping kiri-kanan terpampang graffiti dalam berbagai bentuk. Nah, para bomber tadi sih maunya menjadikan karya-karya tuh sebagai penyegaran mata.

"Kan enak, lagi macet sambil melihat graffiti. Kesannya lagi di galeri lukisan gitu. Terus mereka juga bisa nilai karya siapa yang paling bagus. Jadi biarlah para pengguna jalan menjadi juri," kata Dhika, salah seorang bomber yang ditemui Tim Muda pas sebelum beraksi.

Operasi "pengeboman" selalu dilakukan lewat tengah malam. Beberapa hari sebelumnya mereka pasti melakukan survei lokasi. Hasil check spot tadi bisa berbuah dua hal. Mereka bisa menemukan spot baru, atau mereka malah menemukan spot karya mereka perlu diperbarui.

"Biasanya sih kami perbarui dengan cara menimpa karya yang lama. Tapi kami enggak pernah nimpa atau merusak karya orang lain. Kenapa mesti diperbarui? Ya karena sudah bosan aja dan kadang sudah basi isi pesannya," kata Echo, pentolan Morden Crew, yang membawa Tim Muda keliling wilayah Kebayoran Baru, Jakarta, untuk melihat lokasi pengeboman malam itu.

Isi pesan sebagian besar graffiti crew di Indonesia, khususnya Jakarta mungkin masih bersifat tagging crew alias cuma menonjolkan nama kelompok demi kepopuleran. Nama-nama kru disemprot dalam berbagai bentuk yang bisa menimbulkan decak kagum karena keindahannya.

"Kadang kita juga bikin pesan khusus seperti selamat ulang tahun untuk temen, pesan cinta untuk cewek, pesan sosial juga ada kok. Yang pasti kita enggak main politik. Cinta aja deh," aku Echo lagi.

0 komentar:

Template by : BayU bayugraphic.blogspot.com